DRD Virtual Talkshow: Model Prediksi Covid-19 di Indonesia untuk Perencanaan Mitigasi Resiko Terhadap Dampak Epidemiologi, Sosial dan Ekonomi

Print

Dewan Riset Daerah (DRD) DKI Jakarta secara rutin sejak 2019 menyelenggarakan Talkshow terkait topik yang terkini. Berbeda dengan Talkshow sebelum-sebelumnya yang selalu diselenggarakan di Gedung Dinas Komunikasi dan Informatika Provinsi DKI Jakarta, Talkshow pada 7 April 2020 pukul 16:00 WIB diselenggarakan secara virtual melalui video conference.

Narasumber pada virtual talkshow tersebut adalah pakar pemodelan matematis dari Institut Pertanian Bogor (IPB University), Dr. R. Dikky Indrawan dan Dr. Heti Mulyati. Adapun dari DRD sebagai host video conference adalah Sekretaris Badan Pekerja Miss Sukma widyanti, M.Si dan selaku moderator talkshow adalah Mr. Ubaidilah, M.S.E.

Tim Peneliti IPB University menyampaikan berdasarkan model yang dikembangkan sejak Maret 2020 yang didasarkan atas penyebaran yang imported dan kedatangan orang dari luar. Terdapat 2 skenario model yang ditayangkan. Model pertama adalah model statis dengan mengambil domain adalah wilayah Jakarta. Sedangkan model yang kedua adalah model dinamis dengan domain skala nasional Indonesia.

Simulasi model, meramalkan bahwa puncak wabah covid-19 di Jakarta akan terjadi pada 28 April 2020 dengan jumlah terinfeksi sekitar 1,8 juta orang dari jumlah total populasi penduduk di Jakarta sejumlah 10.520.000 (baca: sepuluh juta lima ratus dua puluh ribu) juta jiwa.

Sementara itu, untuk puncak wabah di level nasional, diramalkan oleh Tim IPB University hanya selang 4 hari saja, yakni memasuki minggu pertama Mei 2020 dengan jumlah kasus masuk sekitar 600 ribu terinfeksi.

Dalam diskusi yang dimoderatori oleh Mr. Ubaidilah, Tim IPB University sepakat dengan DRD bahwa dengan berbagai intervensi melalui kebijakan oleh pemerintah pusat maupun Pemprov DKI Jakarta, termasuk penerapan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB), sehingga diperlukan pemutakhiran model dinamis dari Tim IPB University.

Talkshow yang dinamis tersebut membahas bahwa kawasan pemukiman padat di Jakarta menjadi titik krusial dalam penyebaran covid-19. Dugaan ini didasarkan karena sulitnya penerapan “social distancing” dan pola hidup bersih dan sehat yang juga masih belum terbiasa dilakukan. DRD dan Tim IPB sepakat perlunya melakukan “case surveillance” dengan mengambil sampel di beberapa kelurahan padat dan melakukan tes dengan metode Polymerase Chain Reaction (PCR) untuk mengetahui tingkat penyebaran yang terjadi.

Tim pemodelan IPB University diperkuat oleh lintas bidang kepakaran dosen, antara lain: Dr. Yeni Herdiyeni (Dept. Ilmu Komputer), Dr. Okti Nadia Poetri (Dept. Ilmu Penyakit Hewan & Kesmavet), Dr. R. Dikky Indrawan (Sekolah Bisnis), Dr. Musthafa (Dept. Ilmu Komputer), Dr. Vhaerul Basri (Dept. Ilmu Penyakit Hewan & Kesmavet), Dr. Heti Mulyati (Dept. Manajemen), dan Prof. Dr. Indra Jaya (Dept. Ilmu & Teknologi Kelautan). Pada diskusi yang hangat tersebut, Tim IPB university tersebut mengingatkan akan potensi masalah ketahanan pangan (food security) sebagai dampak dari wabah Covid-19 ini. Bahwa Jakarta sangat tergantung supply pangan dari luar. Untuk itu peran BUMD pangan perlu dioptimalkan untuk memastikan ketersediaan pangan jika dilakukan PSBB yang lebih dimasifkan.

Para peserta diskusi pada DRD Virtual Talkshow pun bersepakat bahwa dengan proyeksi yang ada atas jumlah kasus positif Covid-19, perlu dipersiapkan kapasitas Rumah Sakit dan fasilitas peralatan kesehatan yang memadai untuk dapat menangani pasien, termasuk kemungkinan menyiapkan tempat-tempat alternatif tambahan di luar faskes yang sekarang telah disisapkan dalam rangka mengantisipasi puncak wabah yang diramalkan bakal terjadi di akhir April hingga minggu pertama Mei 2020.