KOSADATA – Deputi Gubernur DKI Jakarta Bidang Budaya dan Pariwisata, Dadang Solihin mengapresiasi karya intelektual yang dibuat mahasiswa Pascasarjana Universitas Indonesia (UI) kolaborasi dengan berbagai pihak dalam mengkaji dan mendalami potensi wisata urban kawasan Pekojan, Jakarta Barat. Karya intelektual dimaksud yakni sebuah kajian dengan menggunakan metode Historic Urban Landscape (HUL) atau Lansekap Kota Bersejarah.
Dadang mengungkapkan bahwa pada tanggal 7 Mei 2021 lalu bertempat di ruang rapat II Deputi Gubernur Provinsi DKI Jakarta, dirinya menerima kunjungan dan audiensi sejumlah mahasiswa Pascasarjana Departemen Arsitektur UI dalam rangka presentasi kawasan bersejarah Kampung Pekojan sekaligus menyampaikan proposal Pengembangan kawasan tersebut.
Para Mahasiswa Pascasarjana tersebut didampingi Prof. Kemas Ridwan Kurniawan, Ph.D., M.Sc., S.T, Guru Besar Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Indonesia yang juga Ketua Dewan Riset Daerah Provinsi DKI Jakarta.
“Izinkan saya untuk mengucapkan terima kasih dan apresiasi setinggi tingginya kepada seluruh tim yang terlibat dalam Kajian Lanskap Kota Bersejarah Pekojan ini, baik dari Departemen Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Indonesia, Dewan Riset Daerah (DRD) Provinsi DKI Jakarta, para narasumber sekaligus penggagas dari ‘HUL Quick Scan Method’ yang berasal dari Departemen Arsitektur Universitas Indonesia, Institut Pertanian Bogor, Universitas Trisakti, RCE Netherlands, dan Heritage Hands-on, serta para pemangku kepentingan lainnya,” ujar Dadang dalam kata sambutan yang dikutip pada Senin (27/9/2021).
HUL sendiri merupakan pendekatan dalam pengembangan kota bersejarah yang direkomendasikan oleh UNESCO sejak tahun 2011. Pendekatan lanskap kota bersejarah bergerak tidak hanya mengenai pelestarian lingkungan fisik, namun berfokus pada seluruh lingkungan manusia dengan semua kualitas benda dan tak bendanya.
Dadang berharap, dengan adanya buku berjudul ‘Pekojan: Suatu Kajian Lanskap Kota Bersejarah’ ini dapat menjadi panduan para stakeholders dalam mengembangkan Kawasan Pekojan ke depannya.
“Saya berharap hasil kajian ini dapat menjadi panduan dalam pengembangan Pekojan sebagai bagian dari Kawasan Bersejarah di DKI Jakarta untuk dijadikan salah satu destinasi wisata urban bersejarah dengan mempertimbangkan karakter sejarah kawasan tersebut,” katanya.
Lebih dari itu, kata Dadang, dirinya juga berharap kajian dengan metode HUL tersebut agar dilakukan pada lokasi bersejarah lainnya yang terdapat di Ibu Kota Jakarta. Dadang menyebutkan, kajian semacam ini penting dilakukan guna mengungkap banyak kawasan bersejarah sehingga dapat dikembangkan menjadi destinasi wisata historis.
“Saya juga berharap ke depannya Kajian Lanskap Kota Bersejarah ini dapat dilakukan tidak hanya pada kawasan Pekojan saja, namun juga terhadap kawasan-kawasan bersejarah lainnya yang ada di DKI Jakarta, agar semakin banyak kawasan bersejarah yang dapat dilestarikan dan dikembangkan menjadi destinasi wisata historis sekaligus juga dalam rangka konservasi lanskap kota bersejarah,” ungkapnya.
“Semoga hasil kajian ini dapat bermanfaat seluas-luasnya agar masyarakat memahami kekayaan sejarah kawasan Pekojan, dan secara khusus juga berguna sebagai panduan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta dalam pengembangan Kawasan Kota Bersejarah Pekojan,” lanjutnya.
Dadang menuturkan, Pekojan memiliki potensi besar untuk dikembangkan menjadi destinasi wisata lantaran didukung oleh kebijakan jangka panjang pada Rencana Tata Ruang dan Wilayah (RTRW) Kota Jakarta 2030. Selain berada di lokasi yang strategis, lanjut Dadang, Pekojan juga termasuk ke dalam Kawasan Cagar Budaya Kota Tua Jakarta mencakup area Fatahillah, Pecinan (Glodok), dan Kampung Pesisir.
Dia menyebutkan bahwa Pekojan juga memiliki kekayaan sejarah, serta tradisi-tradisi religi dan kuliner khas yang dapat menjadi aset bagi pengembangan kawasan sebagai destinasi wisata bersejarah.
“Namun untuk mengembangkan kawasan Pekojan sebagai area turisme, ada beberapa tantangan yang perlu diperhatikan seperti penanda jalan dan elemen lainnya yang dapat mendukung pengalaman wisata yang mudah dan menyenangkan bagi turis,” imbuhnya.
“Selain itu, kurangnya promosi Pekojan sebagai destinasi wisata harus ditingkatkan ke depannya dan dirancang program wisata yang terintegrasi dengan destinasi lainnya di Kota Tua Jakarta,” pungkasnya.