Kontruksi Media – Hasil analisis kawasan bersejarah Pekojan, Jakarta Barat menyebutkan bahwa ada beberapa tantangan dan peluang yang diidentifikasi baik pada ruang lingkup kecamatan (district level) maupun kota (city level) dalam rangka pengembangan Pekojan ke depannya.
Kajian berbasis Historic Urban Landscape (HUL) Quick Scan Method oleh Mahasiswa Pascasarjana Departemen Arsitektur Universitas Indonesia (UI) ini berdasarkan narasi, tata letak dan tipologi bangunan.
Pada lingkup kecamatan misalnya, tantangan dan kesempatan yang diidentifikasi adalah yang mempengaruhi dan dapat diselesaikan oleh dan dalam kecamatan. Begitu pula dengan tantangan dan kesempatan dalam lingkup kota.
Demikian itu disampaikan sejumlah mahasiswa Pascasarjana UI didampingi Prof. Kemas Ridwan Kurniawan, Ph.D., M.Sc., S.T Guru Besar Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Indonesia yang juga Ketua Dewan Riset Daerah Provinsi DKI Jakarta kepada Deputi Gubernur DKI Bidang Budaya dan Pariwisata saat beraudiensi di ruang rapat II Deputi Gubernur beberapa waktu lalu.
Bahkan, kini kajian tersebut sudah diterbitkan dalam sebuah buku berjudul ‘Pekojan; Suatu Kajian Lanskap Kota Bersejarah’.
Menanggapi hal tersebut, Deputi Gubernur DKI, Dadang Solihin yang menerima kunjungan mahasiswa UI secara langsung mengatakan bahwa pihaknya sangat mengapresiasi seluruh tim yang terlibat dalam Kajian Lanskap Kota Bersejarah Pekojan ini.
Dia pun berharap dengan adanya buku tersebut dapat menjadi panduan stakeholders dalam mengembangkan Pekojan ke depannya.
“Saya berharap hasil kajian ini dapat menjadi panduan dalam pengembangan Pekojan sebagai bagian dari Kawasan Bersejarah di DKI Jakarta untuk dijadikan salah satu destinasi wisata urban bersejarah dengan mempertimbangkan karakter sejarah kawasan tersebut,” ujar Dadang kepada wartawan di Jakarta, Senin (27/9/2021).
“Namun, ini bukan berarti pihak Kecamatan dan Pemerintah Kota adalah satu-satunya yang bertanggung jawab. Dalam lingkup kecamatan, rumah tangga, RT, RW, dan kelurahan berkontribusi langsung dalam membentuk lingkungan Pekojan. Sementara dalam lingkup kota, dibutuhkan kerja sama dengan wilayah-wilayah lain, terutama yang berada di sekitar atau dalam satu jaringan dengan Pekojan,” lanjutnya.
Lebih dari itu, kata Dadang, dirinya juga berharap kajian dengan metode HUL tersebut agar dilakukan pada lokasi bersejarah lainnya yang terdapat di Ibu Kota Jakarta.
Dadang menyebutkan, kajian semacam ini penting dilakukan guna mengungkap banyak kawasan bersejarah sehingga dapat dikembangkan menjadi destinasi wisata historis.
“Saya juga berharap ke depannya Kajian Lanskap Kota Bersejarah ini dapat dilakukan tidak hanya pada kawasan Pekojan saja, namun juga terhadap kawasan-kawasan bersejarah lainnya yang ada di DKI Jakarta, agar semakin banyak kawasan bersejarah yang dapat dilestarikan dan dikembangkan menjadi destinasi wisata historis sekaligus juga dalam rangka konservasi lanskap kota bersejarah,” ungkapnya.
Sebagai informasi, HUL merupakan pendekatan dalam pengembangan kota bersejarah yang direkomendasikan oleh UNESCO sejak tahun 2011.
Pendekatan lanskap kota bersejarah bergerak tidak hanya mengenai pelestarian lingkungan fisik, namun berfokus pada seluruh lingkungan manusia dengan semua kualitas benda dan tak bendanya.
Menurut Dadang, Kawasan Pekojan memiliki potensi besar untuk dikembangkan menjadi destinasi wisata lantaran didukung oleh kebijakan jangka panjang pada Rencana Tata Ruang dan Wilayah (RTRW) Kota Jakarta 2030.
“Selain berada di lokasi yang strategis, lanjut Dadang, Pekojan juga termasuk ke dalam Kawasan Cagar Budaya Kota Tua Jakarta mencakup area Fatahillah, Pecinan (Glodok), dan Kampung Pesisir,” katanya.
Dadang menyebutkan bahwa Pekojan juga memiliki kekayaan sejarah serta tradisi-tradisi religi dan kuliner khas yang dapat menjadi aset bagi pengembangan kawasan sebagai destinasi wisata bersejarah.
“Namun untuk mengembangkan kawasan Pekojan sebagai area turisme, ada beberapa tantangan yang perlu diperhatikan seperti penanda jalan dan elemen lainnya yang dapat mendukung pengalaman wisata yang mudah dan menyenangkan bagi turis,” imbuhnya.
“Selain itu, kurangnya promosi Pekojan sebagai destinasi wisata harus ditingkatkan ke depannya dan dirancang program wisata yang terintegrasi dengan destinasi lainnya di Kota Tua Jakarta,” pungkasnya.
Diketahui, kajian Lanskap Kota Bersejarah Pekojan hasil kolaborasi dari Departemen Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Indonesia, Dewan Riset Daerah (DRD) Provinsi DKI Jakarta, para narasumber sekaligus penggagas dari ‘HUL Quick Scan Method’ yang berasal dari Departemen Arsitektur Universitas Indonesia, Institut Pertanian Bogor, Universitas Trisakti, RCE Netherlands, dan Heritage Hands-on, serta para pemangku kepentingan lainnya.